Monday, November 14, 2022

Menyebarnya Teori Konspirasi terkait COVID-19

Menyebarnya Teori Konspirasi terkait COVID-19

Nabila Fatmazahro, Leonard Stephan, P.,

Dominica Shamara Gita, Sitti Nurhalizah, Ikrar Adiyat


Dewasa kini setiap manusia di dunia tengah menghadapi masa yang cukup baru. Masa tersebut adalah masa pandemi. Pandemi merupakan penyebaran penyakit yang cukup parah dan berbahaya secara luas dari satu negara ke negara lain dan memengaruhi orang di seluruh dunia dalam jumlah besar secara simultan, berkelanjutan dan sulit untuk dikendalikan. Pandemi kembali terjadi di awal abad ke-20. Pandemi tersebut bernama Covid-19. Pandemi yang disebabkan oleh virus ini tidak terlalu berbahaya, tapi apabila diabaikan dapat mengancam nyawa. 


Virus Covid-19 pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Huabei, China. Kasus ini diawali dengan penemuan penyakit pneumonia yang asing dan belum terdeteksi dimanapun. Kasus ini secara epidemiologis ditemukan di salah satu pasar grosir makanan laut hunan. Setelah diteliti lebih lanjut, ditemukan bahwa terdapat isolasi virus pernapasan baru khususnya pada saluran pernafasan individu yang terjangkit penyakit pneumonia. Virus baru ini memiliki genom yang hampir serupa dengan virus novel Sars-Cov. Akan tetapi, virus corona baru lebih berbahaya karena penyebaran virus yang termasuk pada subgenus Sarbecovirus ini terjadi secara cepat dan global. Covid-19 yang menyebar secara global membuat banyak manusia meninggal dunia karena terjangkit virus ini. Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan fenomena virus ini menjadi pandemi pada 12 Maret 2020.


Sejak Covid-19 muncul, kita sering kali dihadapkan dengan konspirasi-konspirasi yang berkaitan dengan pandemi tersebut. Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu mengenali arti dibalik teori konspirasi. Menurut Swami dan Furnham (dalam Georgious, Delfabbro, & Balzan, 2020), teori konspirasi atau conspiracy theories merupakan kepercayaan yang salah terhadap sebuah kejadian. Teori konspirasi berasal dari individu atau kalangan tertentu yang memiliki kekuatan lebih dalam memberikan suatu pernyataan dibandingkan masyarakat biasa, yang mana individu atau kalangan tersebut memberikan penjelasan yang ‘berbelok arah’ pada isu tertentu.


Beberapa teori konspirasi sering dianggap sebagai suatu hal yang terbukti benar. Nyatanya, begitu banyak orang memercayai bahwa teori konspirasi itu nyata karena adanya pertentangan kepercayaan, kecurigaan berlebih akan suatu hal, niat yang jahat, keyakinan bahwa ada yang salah, merasa menjadi subjek penganiayaan, tidak memercayai suatu data, dan menafsirkan suatu hal secara acak, maka pemikiran kritis adalah suatu hal yang dapat menjadi solusinya.

Dalam perspektif psikologi, teori konspirasi yang terjadi dalam diri individu dan masyarakat disebabkan oleh motif epistemik atau istilah tentang ingin lebih mengetahui suatu hal yang terjadi secara luas, existensial atau keinginan untuk mengontrol dan memberi rasa aman, serta motif sosial atau untuk mengangkat derajat serta nilai yang ada pada dalam diri individu dalam suatu kelompok.

 

Pandemi covid-19 yang dengan cepat menyebar membuat banyak prasangka dan spekulasi-spekulasi yang bermunculan di masyarakat, sehingga menyebabkan banyak konspirasi yang lahir dari pandemi Covid-19. Konspirasi-konspirasi yang bermunculan menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial, media baca, internet, informasi publik, dan masih banyak lagi.

Beberapa teori konspirasi mengenai covid-19 yang sempat membuat dunia heboh diantaranya, yaitu;

1.     Virus Corona dibuat oleh para elit global

2.   Covid-19 sengaja dibuat untuk mengurangi populasi manusia

3.   Covid-19 telah diramalkan oleh film kartun “The Simpsons”

4.   China secara sengaja membuat virus corona

5. Virus Corona merupakan virus yang tidak sengaja terlepas

dari laboratorium di China

6.   Amerika merupakan dalang dibalik pandemi covid-19

7. Covid-19 merupakan senjata biologis yang dibuat oleh China,

dan masih banyak lagi teori konspirasi lainnya.

Konspirasi terkait covid-19 dapat muncul dan menyebar karena adanya beberapa faktor, yaitu adanya ketidakpastian terkait kesehatan, ekonomi, sosial menyebabkan banyak orang mengembangkan narasi untuk memahami covid-19 ini, salah satunya dengan membuat teori konspirasi. Faktor sosio-demografis meliputi usia, jenis kelamin, etnis, pendapatan, dan tingkat pendidikan, juga akan memengaruhi dan mendukung keyakinan terhadap konspirasi COVID-19. 


Kemudian, orang-orang yang cenderung mengandalkan intuisi dan yang memiliki pengetahuan ilmiah dasar yang lebih rendah juga kurang mampu membedakan antara informasi yang benar dan salah terkait COVID-19 dan lebih cenderung berbagi informasi yang salah. Sehubungan dengan itu, tingkat kepercayaan yang rendah pada sains dan ilmuwan serta skeptisisme umum terhadap sains akan membuat orang-orang membuat dan menerima tambahan, penjelasan alternatif tentang asal usul virus dan keinginan yang lebih besar untuk menyebarkan berbagai jenis informasi yang salah tentang COVID-19.


Ketidakpercayaan pada pemerintah, politisi, militer, dokter, ilmuwan, WHO, juga dapat menyebabkan penyebaran teori konspirasi COVID-19. Dan berada dalam suatu kelompok sosial yang memiliki kelima karakteristik di atas memungkinkan tersebarnya konspirasi Covid-19. Media sosial juga menjadi pendorong penyebaran teori konspirasi Covid-19.

Dari beberapa faktor di atas, dapat mengarahkan individu dalam melihat peristiwa Covid-19 berkaitan dengan konspirasi teori. Hal tersebut disebut sebagai illusory correlation yang merupakan kecenderungan memandang korelasi antara dua peristiwa yang mendukung keyakinan kita, bahkan jika tidak berdasar pada ilmu objektif dan analitis. Hal ini sejalan dengan Health Belief Model, dengan variabel demografis dan karakteristik psikologis (meliputi gaya berpikir, interaksi dengan kelompok sosial) akan mendukung belief terhadap konspirasi dan menimbulkan konsekuensi berupa tindakan. Konsekuensi dari konspirasi covid-19, mencakup ketidaksetujuan mengikuti protokol kesehatan, mengikuti praktik kesehatan yang tidak berbasis bukti empiris, tidak ingin mendapatkan vaksin,dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment

Menyebarnya Teori Konspirasi terkait COVID-19

Menyebarnya Teori Konspirasi terkait COVID-19 Nabila Fatmazahro, Leonard Stephan, P., Dominica Shamara Gita, Sitti Nurhalizah, Ikrar Adiyat ...